Mungkin pada awalnya Anda membeli ponsel cerdas untuk membuat  hubungan 
dengan orang lain tak berjarak dan meningkatkatkan  produktivitas. 
Tetapi tanpa disadari kini Anda tidak bisa melewatkan 5  menit tanpa 
mengintip 
smartphone, entah itu melihat pesan yang masuk atau pun
 mengganti status di jejaring sosial.
  Gejala tak bisa menahan diri untuk mengecek ponsel bukan hanya dialami
  Anda saja. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal 
Personal 
and Ubiquitous Computing menunjukkan kebiasaan itu hadir di 
mana-mana.
  Peneliti studi tersebut menemukan kebanyakan pengguna smartphone  kini
 punya kebiasaan baru yang disebut "checking habits" alias terus  
menerus memeriksa email, pesan atau aplikasi lain seperti Facebook atau 
 Twitter. 
 Disebutkan rata-rata kurang dari 10 menit mereka sudah  "gatal" ingin 
memeriksa ponselnya. Rata-rata responden dalam penelitian  itu memeriksa
 ponsel mereka 34 kali dalam sehari, bukan karena memang  ada yang 
penting, tetapi karena hal itu sudah jadi kebiasaan atau memang  ada 
dorongan.
 "Dorongan itu sangat sulit dihindari. Bahkan  kebanyakan tidak sadar 
apa yang sedang dilakuannya karena itu merupakan  kebiasaan dibawah 
sadar," kata Loren Frank, neuroscietist dari  Universitas California, 
Los Angeles.
 Sebagai kebiasaan dibawah  sadar, menurut Frank hal itu terjadi melalui
 dua proses. Pertama, otak  menyukai perasaan ketika ia menerima email. 
 Pesan yang masuk ke  ponsel adalah sesuatu yang baru dan seringkali 
isinya menyenangkan,  misalnya pesanan untuk membeli dagangan kita atau 
barangkali pujian dari  rekan kerja atas keberhasilan suatu projek.
 "Setiap kali kita  mendapat email ada sebuah sentakan kecil, sebuah 
feedback positif bahwa  kita adalah orang yang penting. Ini bisa menjadi
 semacam ketagihan,"  kata Frank.
 Ketika otak menjadi terbiasa dengan 
feedback  positif, tangan 
mencari-cari ponsel menjadi sebuah hal yang otomatis  walau kita tak 
bermaksud. Menurut Frank, keinginan untuk selalu  memeriksa ponsel 
berasal dari striatum, bagian otak yang mengatur  tindakan kebiasaan.
 Sebentar-sebentar memeriksa ponsel cerdas  tentu berdampak buruk pada 
kehidupan nyata. Sebut saja, pasangan merasa  diabaikan, produktivitas 
kerja menurun, atau jadi jarang memperhatikan  orang yang berada di 
sekitar kita. 
 Clifford Nass, profesor  komunikasi dan ilmu komputer dari Stanford 
University berpendapat pada  dasarnya manusia tidak suka berpikir keras.
 
"Kebiasaan memeriksa  ponsel adalah cara untuk tak perlu berpikir keras 
tapi kita merasa  seperti sedang mengerjakan sesuatu," katanya.
 Jika Anda sudah  masuk dalam kelompok ketagihan memeriksa ponsel, ada 
baiknya Anda  menjauhkan diri dari ponsel beberapa jam dalam sehari. 
Bila hal itu  membuat Anda tidak nyaman, mulailah dengan 10 menit. 
 Buatlah  daftar zona bebas ponsel, misalnya di kamar atau saat Anda 
berada dalam  situasi sosial seperti saat bersama teman atau keluarga. 
Tahanlah diri  untuk tidak selalu menatap layar ponsel Anda.