Pencarian

Sunday, March 4, 2012

Real Samurai Sword Technique - Cutting BB Gun pellet by Isao Machii - Ja...

30 Fakta Tersembunyi di Balik Film Animasi Toy Story



Ternyata dibalik pembuatan film animasi Toy Story 1 sampai 3, ada hal hal lucu dan unik yang terjadi. Mungkin fakta-fakta dibalik pembuatan ini beberapa dari kalian ada yang belum tau. Yuk simak bareng:

1. Ketiga sekuel film Toy Story tidak pernah menerima peringkat 100% di Rotten Tomatoes. Namun Masih menerima skor yang relatif tinggi sebesar 99%. Berikut peringkatnya (Toy Story 1, Toy Story 2, Toy Story 3).
Toy Story 1

Toy Story 2

Toy Story 3


2. Mobil Delivery Pizza Planet selalu muncul dalam setiap film Pixar kecuali di film The Incredibles, dan muncul dalam ketiga film Toy Story.
Pizza Planet Car



3. Planet Pizza awalnya awalnya bernama Pizza Putt, sebuah restoran pizza yang benar-benar ada.

4. Pixar bisa menyelesaikan animasi hanya dalam waktu 3,5 menit.
pixar team



5. Tim Allen dan Pixar awalnya ingin Jim Carrey untuk mengisi suara Buzz Light year, tetapi mereka tidak bisa karena anggaran yang kurang dalam film ini.
6. Billy Crystal awalnya ditawarkan kesempatan untuk mengisi suara Buzz Light year, tetapi ia menolak. Setelah melihat film selesai, dia mengatakan keputusan itu kesalahan terbesar dalam karirnya.
7. Awalnya, Film ini diberi judul “You Are A Toy.”
you are toy



8. Awalnya, karakter utama yang akan dipakai adalah Tinny. Diambil dari karakter judul dalam Tin Toy (1988). Dalam film itu ceritanya ia akan tersesat selama perjalanan keluarga dan bergabung dengan boneka ventriloquist yang bersifat sarkastik.
tinny



9. Nama asli Buzz Lightyear adalah Lunar Larry.
10. Mattel, awalnya tidak mau ada karakter Barbie dalam film tersebut karena mereka berpikir film tersebut akan gagal. Mereka juga tidak mau Barbie yang memiliki kepribadiannya dan memilih untuk membiarkan anak-anak membayangkan Barbie dengan kepribadiannya sendiri. Ketika film terbukti sukses besar, Mattel mengijinkan Barbie muncul di Toy Story 2.
11. Hasbro membantah Pixar menggunaan nama GI Joe ketika diberitahu bahwa boneka GI Joe akan diledakkan oleh Sid. tapi Pixar menggunakan tentara sebagai gantinya.
12. Untuk Toy Story asli, Tom Hanks mencatat dialog selama istirahat dari Sleepless in Seattle (1993) dan A League of their own (1992). Dia tidak ingin merekam dialog selama istirahat dari Philadelphia (1993) atau Forrest Gump (1994) karena ia merasa ia tidak harus melakukan peran komedi di antara peran yang serius.
13. Nomor “95″ sering muncul di 3 film toy story. Karena Toy Story yang asli pertama kali dirilis tahun 1995.
14. Toy Story 2 pada awalnya direncanakan sebagai sekuel yang hanya akan ditayangkan untuk homevideo.
15. Banyak buku-buku di rak di kamar Andy adalah nama-nama film-film pendek Pixar (Adventures of Andre dan Wally B, Pernak Knack, dll) dan beberapa penulis buku ini diberi nama oleh staf Pixar.


Buku buku

16. Pixar menyajikan sebuah draft awal film untuk Disney pada tanggal 19 November 1993. Namun ditolak. Menurut CSI Miami, Woody dalam Toy Story ini disebut sebagai “si brengsek sarkastik” yang selalu menghina mainan lainnya. Disney segera menghentikan produksi sambil menunggu script baru. Tim cerita menghabiskan seminggu pada sebuah script baru untuk membuat Woody karakter yang lebih menyenangkan, bukan “si brengsek sarkastik”.
17. Little Bo Peep awalnya seharusnya menjadi boneka Barbie.
Little Bo Peep



18. Karakter Andy diambil dari nama Andries “Andy” Van Dam, Profesor Brown University dan ilmu komputer dan pelopor animasi yang mengajarkan banyak untuk pembuatan film ini.
19. Toy Story 3 adalah sekuel pertama yang dinominasikan untuk Best Picture Oscar.
20. Toy Story 3 adalah film animasi pertama yang mempunyai keuntungan lebih dari $ 1 milyar di box office seluruh dunia. Ini adalah ke-10 film terlaris tertinggi sepanjang masa.


box office

21. Plat mobil ibu Andy’s adalah “A 111″ di bagian depan dan “A 113″ di belakang.
A111 dan A113 adalah dua ruangan yang digunakan oleh bagian animasi di CalArts – almamater dari sejumlah besar Pixarians.
22. Toy Story diselesaikan dengan anggaran $ 30.000.000 menggunakan staf 110. Sebagai perbandingan, The Lion King, yang dirilis pada tahun 1994, diperlukan anggaran sebesar $ 45 juta dan 800 staf.
23. Toy Story 2 adalah film review terbaik sepanjang masa menurut survey Rotten Tomatoes. Toy Story 1 dinomor 4.


best of rotten
24. Green Three Eyed Aliens memiliki gambar pizza (pepperoni dan jamur) dibagian dada mereka.


Green Three Eyed Aliens

25. Tom Hanks dan Tim Allen keduanya mengaku menangis pada bagian kilas balik ketika Jessie ditolak dan ditinggalkan oleh pemiliknya, backsoundnya “When She Loved Me” dinyanyikan oleh Sarah McLachlan.
26. Seluruh Tim animasi mencukur kepala mereka sebelum bekerja di Toy Story 3.
27. Setting latar pada Toy Story 3 didasarkan pada fakta asli (ketika tinny tersesat di halte dan ditemukan oleh seorang tukang sampah yang melemparkan dia ke belakang truk pengangkut sampah, akhirnya dia bertemu ventriloquist dummy dan mereka berdua memutuskan untuk tetap bersatu. Tetapi pada akhirnya mereka berpisah.
28. Blake Clark menjadi suara baru Slinky Dog, menggantikan Jim Varney, yang meninggal pada tahun 2000. Clark berteman baik dengan Varney sebelum kematiannya.
29. Original Toy Story adalah film animasi pertama yang sepenuhnya dihasilkan oleh komputer full-length film.
30. Baju biru yang dipakai barbie pada Toy Story 3, terinspirasi dari film Great Shape Barbie Doll tahun 1984. Boneka film yang dimodelkan setelah “Animal Lovin” pada tahun 1988.

Desain Rumah Ramping di Lahan yang Sempit

Seorang arsitektur asal Jepang telah membuat sebuah bangunan yang sangat eksentrik dengan membuat bangunan rumah dengan sebutan "River Side House" atau Rumah pinggir sungai.

Kenapa bangunannya bisa seperti ini?
Tentu saja bangunan seperti muncul dikarenakan tingkat populasi penduduk yang tinggi menyebabkan lahan pemukiman menjadi sangat terbatas sehingga lahan seluas apapun akan dimanfaatkan semaksimal mungkin seperti desain rumah berikut ini yang berada di Horinouchi, Tokyo. Rumah ini berada di sebuah pertigaan jalan dengan lahan yang sangat kecil sekali.

Desain bangunan seperti juga bisa diterapkan dimana saja yang lahan tanahnya sempit.
Spoiler for River Side House:



















Superman Is Dead Jadi Pendamping Avenged Sevenfold

Superman Is Dead Jadi Pendamping Avenged Sevenfold
Superman Is Dead
Grup band Superman Is Dead mengaku sangat senang ketika diajak untuk tampil dalam konser Avenged Sevenfold yang digelar 1 Mei di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta. Bagi mereka ini suatu kehormatan untuk menjadi pendamping band besar dari Orange County, Amerika ini.Bagi trio punk asal Bali konser ini juga sebagai nilai lebih. Selain itu mereka bisa menambah penggemar baru yang akan menyaksikan lagi penampilan mereka.
"Kita senang banget, mungkin sebuah tantangan, juga merasa terhomat. Ada kemungkinan kita akan mendapatkan penggemar baru," ujar Jerinx saat dijumpai di perskon konser Avenged Sevenfold di Cilandak Town Square, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (2/3)..
Lebih lanjut Bobby Cool menambahkan bahwa pasar SID dan Avenged Sevenfold sangat berbeda. Pun begitu mereka tak mempedulikan hal ini dan yakin bisa memenangkan hati para penggemar Avenged Sevenfold.
"Marketnya sangat beda. Ada kemungkinan bisa memenangkan pendengar baru. Kita berharap bisa memenangkan hati mereka," tukasnya

Film Kathryn Bigelow Tentang Osama Diprotes

Film Kathryn Bigelow Tentang Osama Diprotes
Kathryn Bigelow saat syuting THE HURT LOCKER. ©Collider.com
Butuh waktu 4 tahun lebih untuk menikmati kembali film garapan tangan dingin sutradara pemenang Oscar, Kathryn Bigelow setelah kita dipuaskan dengan HURT LOCKER (2008), film tentang penjinak bom di Iraq yang dinobatkan sebagai Best Picture di tahun 2009. Masih memakai tema 'perang', Kathryn menggarap tentang sepak terjang tim Navy SEAL dalam memburu dan membunuh Osama Bin Laden.Seperti dilansir Collider.com, film ini bakal diberi judul ZERO DARK THIRTY. Pemakaian judul ini mengacu pada istilah militer untuk waktu pelaksanaan misi di pagi buta. Bisa dipastikan bahwa dalam film ini bakal menampilkan wajah para SEAL yang mengantuk. Sampai kini, jajaran pemain yang telah bergabung adalah Jason Clarke, Joel Edgerton, Chris Pratt, Kyle Chanler, Harold Perrineau, Jessica Chastain, Mark Strong, dan Edgar Ramirez.
Produksi filmnya telah mulai dilaksanakan di India. Namun agaknya awal proses syutingnya tak berjalan mulus. Tim produksi mendapat protes dari kelompok sayap kanan Vishwa Hindu Parishad karena menggunakan kota dengan mayoritas penduduk Hindu, Chandigarh, sebagai ganti Pakistan. Pemrotes menyerbu lokasi syuting dan menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas penggunaan negara mereka sebagai 'kembaran' negara musuh mereka. Produksi film memang masih terus berlanjut, namun yang pasti Bigelow tak akan merampungkannya dengan mudah.
Dalam proyek ini, Bigelow menggandeng penulis naskah THE HURT LOCKER, Mark Boal untuk menggarap naskahnya. Perubahan pada bagian ending mereka lakukan saat Bin Laden diberitakan tewas. Film yang rencananya digarap dalam skala kecil ini pun berkembang jadi proyek besarnya tahun ini. Dengan cast yang mantap dan juga izin dari Presiden Obama untuk mengakses informasi penting dari Gedung Putih mengenai operasi tim 6 SEAL Team, Bigelow dan Boal bakal meramu sebuah film yang sekualitas THE HURT LOCKER, atau bahkan melebihinya. ZERO DARK THIRTY dijadwalkan rilis tanggal 19 Desember nanti.

Saya Takut Melihat Pria !

Wanita manapun pasti gelisah saat kencan pertama. Emily Day, wanita usia 26 tahun yang didiagnosa dokter mengidap androphobia (takut pada pria), bercerita langsung soal apa yang membuatnya begitu panik menatap mereka...bukan cuma saat kencan pertama saja! KapanLagi.com - Coba ingat-ingat lagi apa yang Anda rasakan saat si dia mengajak Anda pergi kencan. Saat ia menghubungi dan mengatakan kalau Anda akan dijemput dalam waktu kurang dari 30 menit, lalu bertanya soal baju yang Anda kenakan, sampai akhirnya ia berdiri di depan pintu rumah Anda.

Betul, jantung Anda berdegup kencang, telapak tangan mulai terasa dingin, bagaikan ada kupu-kupu berputar di dalam perut Anda. Kurang lebih seperti itu kan? Tapi rasa gugup, gelisah, cemas, khawatir, ah...apapun itu bisa saja lenyap saat Anda menarik napas panjang dan menyesap satu tenggak wine. Suasana tegang dapat berubah cair, dan Anda kembali dalam keadaan normal.

Berbeda dengan kondisi yang saya alami. Ketika bertemu dengan seorang pria, saya merasa terperangkap. Badan terasa lunglai hingga ingin pingsan di tempat. Tenggorokan seperti tersumbat, tubuh saya dibasahi keringat dengan jumlah debit air yang cukup deras, kemudian disusul dengan kesulitan bernapas. Memeriksakan kondisi ini pada dokter ahli, sebuah hasil yang mencengangkan keluar dari mulutnya. Ini bukan soal penyakit yang bisa merenggut nyawa – tidak seperti itu. Ini penyakit psikologis. Yang berarti butuh penanganan dokter ahli, dan mirisnya, dibutuhkan waktu yang belum jelas kapan untuk bisa sembuh.

Dokter mendiagnosa saya mengidap androphobia. Terdengar asing di telinga? Jelas, saya bahkan tak tahu apa itu. Fobia ketinggian, fobia terjebak di ruangan sempit, saya tak akan terkejut lagi mendengarnya. Tapi waktu dokter menyebutkan fobia pada pria, siapa yang tak terperanjat mendengarnya. Ya, androphobia adalah ketakutan berlebihan saat melihat pria.

Saya merasa ngeri pada pria. Tinggi, pendek, tambun, kurus, tua atau muda – pria membuat saya takut. Ayah meninggalkan saya dan ibu ketika saya masih bayi, maka saya tumbuh dan besar tanpa ada kehadiran sosok pria dalam keluarga. Ibu pun tak pernah tampak memiliki kekasih sejak sepeninggalan ayah. Walaupun saya memiliki dua orang paman dekat, frekuensi pertemuan kami pun terbilang jarang. Berada dalam kondisi keluarga seperti ini tak menjadi beban yang berarti buat hidup saya. Dilimpahi kasih sayang dari ibu, dan kakak perempuan saya, Sarah, cukup membuat hidup lebih berarti, tanpa perlu ada sosok tangguh pria di sekeliling kami.

Dikelilingi pria-pria asing justru membuat saya tidak nyaman. Mereka membuat saya merasa tegang dan resah sendiri. Saya berjuang sekuat tenaga melawan rasa takut saat berada di sekolah. Di sini, mau tidak mau saya harus berhadapan dengan teman-teman pria. Sejujurnya, saya ketakutan dikelilingi mereka. Mau bagaimana lagi, mana mungkin saya tidak pergi sekolah karena penyakit seperti ini. Makanya, saya sering tidak masuk sekolah berhari-hari dengan alasan sakit. Hanya dengan cara inilah, saya bisa menjaga jarak dengan teman-teman pria sejauh mungkin. Entah kenapa, jauh lebih baik saat saya berada di rumah atau dikelilingi oleh teman-teman wanita.

Hidup Dipenuhi Ketakutan

Usia saya 13 tahun saat penyakit ini mulai menyerang setiap saat dalam hidup saya. Di suatu siang, saya mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Biasanya keluarga tak pernah membiarkan saya membuka pintu untuk tamu. Namun siang itu, hanya ada saya dan Sarah di rumah. Ketukan pintu terdengar semakin intens. Sarah yang tengah mandi, memohon pada saya untuk segera membuka pintu. Rasa panik langsung menyerang. “Bagaimana jika tamu tersebut seorang pria?” tanya saya dalam hati. Namun kepada Sarah, saya justru meneriakkan alasan, “Tidak bisa, saya sedang menelepon teman,” berharap supaya ia mengerti dan segera keluar dari kamar mandi meski hanya berbalutkan handuk. “Saya tahu kamu bohong! Ayo, buka pintunya,” Sarah membalas.

Terpaksa, saya pun menyeret langkah perlahan ke arah pintu. Terasa sekali keringat mulai bercucuran dari kepala, dan dengan sangat cepat membasahi sekujur tubuh. Takut-takut meraih knob pintu, tangan yang basah membuat saya menggenggam erat lalu membukanya paksa. Akhirnya pintu berhasil terbuka. Daun pintu terbuka dengan cukup lebar (thanks to, tenaga yang besar), sehingga saya bisa melihat jelas seorang pria tukang pos yang mengirim parsel. Tanpa sapaan ramah padanya, tanpa tatapan ke arahnya, cepat-cepat saya tanda tangan surat terimanya, mengambil parsel dari tangannya, dan segera menutup pintu. Wait, bukan menutup. Lebih tepatnya, membanting pintu. “Ada apa?” tanya Sarah. “Saya mendadak tak enak badan. Saya mau merebahkan diri sebentar,” jawab saya tersentak.
Nah, dari sanalah saya mulai tahu kalau saya mudah terserang kepanikan yang dahsyat, sampai-sampai gemetaran, berkeringat dan merasa tidak enak badan selama beberapa jam ketika bertemu pria. Pernah, saya terjebak ngobrol dengan seorang anak laki-laki di sekolah. Setelahnya, kaki ini langsung saya kerahkan untuk berlari menuju toilet dan mencari perlindungan, mengumpat di balik kubikalnya. Anehnya, jika pria itu adalah sosok yang saya kenal, saya justru merasa baik-baik saja di sekitar mereka.

Tapi pria selain mereka? Hmm, langsung saya membatu dan tegang.
Beberapa bulan kemudian, saya membuat kesepakatan pada diri sendiri untuk menghindari tempat yang saya beri sebutan “danger zone”, seperti jalan raya atau mal. Saya lebih memilih shopping online daripada pergi ke mal. Saya akan meminta teman saya untuk datang ke rumah, daripada mendatangi rumahnya lalu bertemu dengan ayah atau adik laki-lakinya. Lama-lama saya semakin lihai menghindar dari serangan panik itu, atau sebut saja, ini menjadi cara terbaik untuk mengumpat dari rasa takut.
“Melarikan” diri seperti itu tak lantas membuat hidup saya lebih tenang. Di usia saya ke-14, kondisi ini mulai berpengaruh pada kehidupan sosial saya. Berbagai alasan saya umbar agar terhindar dari ajakan hang out dengan para sahabat dan juga kekasihnya. Bukannya tak tertarik pada pria, tapi perasaan setiap melihat mereka sama halnya ketika Anda melihat seekor laba-laba. Ya, takut dan jijik. Jarang melihat kehadiran saya kumpul bersama, salah satu teman bertanya langsung kenapa saya tidak bergaul lagi. Lagi-lagi saya memakai alasan lama: Karena ibu melarang saya pacaran, makanya saya tak boleh ke luar rumah.

Suatu malam, saya tak bisa lagi membendung kesedihan ini. Langsung saya pergi mencari ibu. “Ada sesuatu yang salah dengan saya,” saya merintih pelan. “Saya takut melihat pria. Itu sebabnya, ibu jarang menemukan saya pergi ke luar rumah. Dan itu pula sebabnya sampai sekarang, saya tak pernah terslihat punya kekasih!” Esok harinya ibu mengajak saya bertemu dengan kakek, salah satu pria yang saya anggap nyaman berada di sekitar saya. Ia menduga saya mengidap fobia dan menganjurkan kami untuk pergi ke dokter spesialis. Sebulan kemudian, diagnosa itu pun keluar dan saya terbukti mengidap androphobia. Mengetahui nama penyakitnya membuat saya sedikit lega. Ini berarti, saya bisa mendapatkan pertolongan.
Beruntung dokter yang menangani kasus saya adalah seorang wanita. Ia memberi latihan mental sampai cara menenangkan diri supaya saya bisa mengatasi rasa takut yang tiba-tiba menyerang. Beberapa bulan kemudian, saya melihat banyak kemajuan. Meskipun terkadang saya masih melempar reaksi buruk ketika berhadapan dengan pria, tapi saya sudah bisa sedikit mengendalikan emosi, apalagi saat berpapasan dengan pria di jalan.

Tantangan Baru

Berbagai tantangan mulai menghadang selepas masa sekolah dan mulai masuk ke lingkungan kerja. Saya belum dapat bekerja full time sampai bisa percaya diri untuk bisa nyaman di depan pria. Rasa kagok itu tetap muncul di hari-hari pertama bekerja part-time, tapi untungnya beberapa rekan kerja saya tahu akan kondisi ini dan tak satu pun dari mereka yang mengejek saya. Februari 2009, saya siap untuk kerja full time. Datang untuk wawancara kerja – yang kebetulan interviewer-nya ialah seorang pria – mental saya kembali diuji. Terlatih dengan teknik relaksasi diri mampu membuat mulut ini tak lagi terkunci rapat. I got the job!

Saya berjumpa dengan sekelompok pria hampir setiap hari. Sekuat tenaga saya kerahkan untuk mampu menjabat tangan mereka, dan membuktikan pada diri kalau saya bisa melumpuhkan rasa takut itu. Beruntung manajer saya seorang wanita, jadi apabila terserang rasa panik saya bisa langsung mengadu padanya.

Terbiasa bergaul dengan pria, maka setahun kemudian saya fokus membuka diri untuk sebuah hubungan cinta. Sebelum hari kencan pertama tiba, chatting dan telepon menjadi penghubung satu-satunya agar bisa saling mengenal pribadi masing-masing. Saat merasa cukup dekat, saya berani jujur untuk bilang, “Kamu mungkin tidak akan percaya apa yang saya katakan, tapi saya punya ketakutan pada pria.” Beberapa dari mereka mengira saya bercanda. Beberapa dari mereka hanya tertawa, lalu menutup telepon.

Melangkah Maju

Tahun lalu, bibir seorang pria mendarat di bibir saya. Per sekian detik kemudian saya tersadar kalau rasa takut itu bisa dilampaui. Beberapa kencan saya lalui, namun saya akan mundur teratur apabila mereka meminta lebih dari sekadar ciuman. Seorang pria yang saya kencani meninggalkan pesan sesaat setelah kencan, “Aku ingin membelai tubuhmu.” Saya tak pernah menghubunginya lagi karena terlanjur muak dan takut.
Beberapa minggu lalu saya berpapasan dengan seorang pria yang saya suka. Saking terpesonanya, saya minta bantuan seorang teman untuk mendapatkan nomor teleponnya. Punya inisiatif berani seperti ini terbilang sebuah kemajuan yang sangat pesat. Usaha itu berbuah hasil. Saya berhasil merencanakan night out dengannya. Di sana, saya segera memberitahunya tentang kondisi ini. Ia tak kaget, ia tak menjauh, ia justru meresponnya dengan ramah, dan tetap ingin menjalin hubungan yang lebih jauh lagi dengan saya.

Saya bangga, punya kemajuan besar untuk membunuh rasa takut ini. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga nantinya dapat mengumpulkan nyali untuk berhubungan seksual dengan pria, tapi saya tidak akan menyerah mencobanya. Ada gambaran untuk memiliki keluarga di masa depan nanti. Bagaimana itu terjadi dan entah siapapun pria itu, saya percaya saya pasti bisa sampai ke sana.

Teh Expert View

Adrian Wells, seorang profesor psikologis klinis dan eksperimental di Manchester University, mengatakan, “Fobia itu bisa apapun bentuknya. Dalam arti, apapun yang ada dalam bayangan Anda ataupun yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya, walaupun hal ini jarang ditemukan kasusnya. Seperti yang dialami Emily Day, androphobia, dan gynophobia (ketakutan saat melihat wanita).”

Androphobia bukan jenis penyakit turunan. Justru fobia ini timbul karena dorongan yang terlalu kuat dalam diri sehingga menstimulus rasa cemas semakin menjadi. Penderita cenderung melihat pria sebagai ancaman, seolah pelaku tindakan kejahatan.