Dalam beberapa hari ini, akibat tiga letupan besar di permukaan
Matahari sepanjang minggu lalu, bakal menimbulkan gelombang badai
elektromagnetik. Badai Matahari ini bisa menyebabkan gangguan satelit,
perangkat telekomunikasi, serta elektronik.
Pemerintah Amerika Serikat, bahkan secara khusus mengeluarkan
peringatan risiko tersebut. "Badai Matahari yang akan terjadi berikutnya
mungkin memiliki level sedang atau kuat," kata Joseph Kunches, ilmuwan
dari Space Weather Prediction Center, divisi dari National Oceanic and
Atmospheric Adaministration (NOAA).
Kunches mengungkapkan, badai Matahari yang terjadi minggu lalu dan
berikutnya bisa berdampak pada satelit komunikasi dan Global Positioning
System (GPS) dan bahkan dapat menciptakan aurora yang bisa dilihat dari
wilayah Minesota dan Winconsin, Amerika Serikat.
Aurora yang tercipta, disebut aurora borealis, merupakan cahaya alami
yang bisa dilihat di wilayah Artik dan Antartika. Fenomena itu
terbentuk akibat tumbukan antara partikel berenergi tinggi dengan atom
di lapisan atas atmosfer.
Menurut NOAA, kerusakan besar akibat badai Matahari jarang terjadi,
namun pernah dilaporkan adanya dampak serius. Pada tahun 1989 misalnya,
badai Matahari mengakibatkan pembangkit listrik di Quebec, Kanada,
lumpuh sehingga warga setempat harus hidup tanpa listrik selama
berjam-jam.
Sementara, dampak terbesar badai Matahari terjadi pada tahun 1859.
Badai Matahari melumpuhkan sistem komunikasi telegraf di seluruh dunia
dan mencipatakan aurora yang bisa dilihat hingga Karibia.
Sistem telegraf dilaporkan terus mengirimkan sinyal walaupun baterai
telah dicopot. Bagaimana dengan dampak badai Matahari kali ini? Kunches
mengungkapkan, "Saya pikir badai Matahari yang terjadi kali ini tak akan
mendekati itu. Ini akan ada pada angka dua atau tiga dari lima pada
skala NOAA Space Weather."
Tapi, tetap harus diwaspadai. Badai Matahari pertama yang terjadi
minggu lalu mengakibatkan sedikit dampak di Bumi. Sementara badai yang
kedua lebih kuat. Yang ketiga, masih belum dilaporkan, tetapi
kemungkinannya bisa memperburuk badai Matahari yang kedua atau tidak
berdampak sama sekali.
Direktur Space Weather Prediction, Tom Bogdan, mengatakan, puncak
badai Matahari terjadi setiap 12 tahun sekali. Seperti dikutip Reuters,
Jumat (5/8/2011), ia memperkirakan badai Matahari berikutnya akan
terjadi pada tahun 2013.
No comments:
Post a Comment