Pencarian
Friday, December 31, 2010
"Ritual Bhakti Alam" Terapi Pasca Merapi
Magelang-Prosesi bertajuk "Ritual Bhakti Alam 2010" adalah upaya kultural warga Dusun Wonogiri Kidul, Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk terapi mental dan spiritual mereka pascaerupsi Gunung Merapi.
"Secara khusus prosesi ini sebagai langkah kultural warga untuk terapi mental dan spiritual setelah mereka menghadapi letusan Gunung Merapi 2010," kata sesepuh adat Padepokan Budi Aji, Ki Rekso Jiwo, di Magelang, Rabu.
Prosesi itu antara lain ditandai dengan pengambilan air dari sumber mata air "Umbul Sewu" di bawah bukit Windusabrang, Kecamatan Sawangan sekitar lima kilometer barat puncak Merapi.
Warga setempat yang berjumlah sekitar 70 kepala keluarga atau sekitar 200 jiwa tinggal di tepian alur Kali Pabelan, sekitar 7,8 kilometer barat puncak Merapi.
Saat Merapi meletus intensif belum lama ini, sebagian besar warga setempat mengungsi ke berbagai tempat yang relatif aman. Kini mereka telah kembali ke dusunnya karena menganggap Merapi sudah aman dari bahaya letusan.
Prosesi budaya yang umumnya diikuti para penghayat kepercayaan "Urip Sejati" di dusun setempat itu juga sebagai tradisi mereka merayakan tahun baru dalam kalender Jawa, Sura.
Mereka baik laki-laki maupun perempuan yang mengenakan pakaian adat Jawa itu berangkat dari dusunnya menuju mata air tersebut dengan membawa aneka sesaji dan tetabuhan.
Air yang diletakkan di beberapa tempayan itu kemudian dibawa menuju padepokan di tengah perkampungan warga setempat.
Padepokan itu antara lain berhias anyaman janur kuning dan bendera Merah Putih di berbagai tempat dan tatanan patung punakawan di pintu masuk.
Dua gunungan berisi tatanan hasil bumi warga setempat diletakkan di tepi pendopo padepokan tersebut.
Tarian karya komunitas setempat berjudul "Puja-Puji" disuguhkan kepada para warga dan tamu undangan oleh sejumlah gadis di pendopo padepokan itu.
Ia mengatakan, letusan Merapi 2010 sebagai pelajaran dan pengalaman penting warga setempat.
"Merapi tidak hanya dipahami sebagai bencana, tetapi juga anugerah dari Sang Pencipta Alam. Masyarakat sudah seharusnya melestarikan alam untuk kepentingan anak cucu," katanya.
Kepala Desa Kapuhan, Joko Winarno, menyatakan mengajak masyarakat untuk membangkitkan semangat menjalani kehidupan pascaletusan Merapi.
"Harus tabah dan sabar untuk menjalani lagi kehidupan setelah Merapi meletus.
Jangan mengeluh karena kehidupan normal harus segera dimulai, banyak hikmah bisa kita petik bersama-sama atas letusan Merapi tahun ini," katanya.
Ia menyatakan pentingnya warga semakin meningkatkan kesadaran atas pentingnya melestarikan alam.
Prosesi hingga Kamis (9/12) tersebut juga dimeriahkan antara lain dengan kirab sesaji, pentas wayang kulit, ketoprak, sendratari, dan sejumlah tarian tradisional antara lain kuda lumping, warokan, gangsir ngentir, dan topeng ireng.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment