Pencarian

Friday, January 7, 2011

Banjir Ancam Keajaiban Dunia




Kota Normanton di Queensland Utara, Australia, terendam banjir akibat curah hujan yang deras. Otoritas setempat memperingatkan warga agar berhati-hati dengan buaya-buaya yang turut hanyut akibat banjir dan bisa saja muncul di permukiman.

BRISBANE, KOMPAS.com — Banjir besar yang melanda Australia tak hanya mengancam kehidupan manusia dan perekonomian negara itu, tetapi juga kelestarian lingkungan kawasan Karang Penghalang Besar di lepas pantai Negara Bagian Queensland, yang merupakan salah satu keajaiban dunia.

Aliran air banjir dari sungai-sungai besar di Queensland, yang terdiri dari air tawar bercampur lumpur, sampah, tanah subur kaya berbagai nutrisi, dan pestisida, bisa mengancam kelangsungan hidup gugusan terumbu karang terbesar di dunia itu. Karang Penghalang Besar (The Great Barrier Reef), yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, terbentang sepanjang 2.300 kilometer (km) di lepas pantai sebelah timur laut Queensland, negara bagian yang terkena banjir besar sejak sebelum Natal lalu.

Michelle Devlin, peneliti dari James Cook University, Queensland, mengatakan, campuran air bah tersebut bisa membuat karang dan rumput laut di kawasan terumbu karang itu stres. ”Akan ada campuran air yang mengandung berbagai zat yang belum pernah menyentuh karang tersebut. Air tawar yang (suhunya) hangat ini juga akan membuat karang stres,” kata Devlin, yang melacak tumpahan banjir tersebut ke laut untuk mengetahui dampaknya secara langsung, Rabu (5/1/2011).

Devlin mengatakan, tumpahan air bah berwarna coklat sudah terlihat mengalir hingga 40 km dari garis pantai dekat kota Rockhampton, Queensland timur. Dengan banjir diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa minggu mendatang, limpahan air kotor ini bisa mencapai jarak ratusan kilometer ke tengah laut, hingga ke kawasan inti Karang Penghalang Besar, yang terletak hanya sekitar 210 km dari pantai.

Saat ini tumpahan air bah itu mencemari kawasan terumbu karang di Kepulauan Keppel, sekitar 13 km lepas pantai Rockhampton. Menurut Devlin, campuran air banjir tersebut bisa memusnahkan lapisan rumput laut yang menjadi sumber makanan bagi binatang laut langka, seperti ”ikan” duyung (Dugong dugon).

Sementara kandungan berbagai zat nutrisi tanah yang ikut larut dalam campuran air bah itu akan menyuburkan populasi bintang laut berduri (Acanthaster planci), yang menjadi hama bagi terumbu karang. ”Banjir kali ini sangat besar dan berpotensi menggeser pola rantai makanan dan cara hidup terumbu karang (dalam jangka panjang),” tutur Devlin.

Terus meluas Di darat, banjir yang disebabkan gejala iklim La Nina ini terus meluas dan menyebarkan kerusakan. Perdana Menteri Queensland Anna Bligh mengatakan, banjir sudah meluas hingga 40 kota dari sebelumnya hanya merendam 22 kota di negara bagian itu. Sekitar 1.200 rumah telah tenggelam dan sekitar 10.700 rumah lain di seluruh negara bagian rusak terkena dampak banjir.

Di kota Rockhampton, yang mengalami puncak banjir, Rabu, sekitar 500 rumah sudah tenggelam. Apabila air naik 20 sentimeter lagi saja, sekitar 400 rumah lain akan ikut tenggelam. Taman kota berubah menjadi taman bawah air dan lampu-lampu lalu lintas hanya terlihat ujungnya. ”(Volume) air yang mengalir di kota ini setiap hari pada saat ini setara dengan dua kali volume air di Pelabuhan Sydney,” ucap Wali Kota Rockhampton Brad Carter.

Hujan deras diprediksi masih akan turun pada Kamis (6/1/2011) ini, menambah kekhawatiran dan penderitaan sekitar 200.000 warga yang sudah terkena dampak buruk banjir. Di sektor pertambangan, dua perusahaan sudah mulai beroperasi lagi, tetapi diperkirakan butuh waktu berbulan-bulan sampai semua tambang bisa pulih 100 persen.

Dewan Sumber Daya Queensland memperkirakan kerugian akibat terganggunya sektor pertambangan sudah mencapai 1 miliar dollar Australia (Rp 8,9 triliun) dan terus bertambah sekitar 100 juta dollar Australia per hari. (AFP/Reuters/AP/DHF)

Foto The Great Barrier Reef, Australia








No comments:

Post a Comment