Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Dalam rangka merayakan hari suci umat Kristiani, penduduk suatu desa di Filipina kembali menyelenggarakan suatu ritual yang cukup mengerikan, yaitu penyaliban massal. Acara itu berlangsung Jumat, 2 April 2010 lalu, bertepatan dengan perayaan Jumat Agung.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Para pemuka agama di negara yang mayoritasnya umat Katolik itu sebenarnya sudah lama menentang acara penyaliban massal, yang kali ini berlangsung di tiga desa dekat Kota San Fernando, Provinsi Pampanga. Namun, ritual itu tetap saja dilakukan setiap tahun oleh penduduk setempat karena kian memikat perhatian banyak turis lokal dan asing.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Dengan alasan demi merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus, para peserta rela disalib di bawah terik panas matahari. Bahkan, mereka bersedia kaki dan tangan dipaku selama beberapa saat kendati harus menahan sakit.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Di antara peserta adalah seorang pria berusia 49 tahun bernama Ruben Enaje. Pria yang berprofesi sebagai pelukis itu ternyata sudah 24 kali disalib. Bagi Ruben, ini adalah merupakan wujud syukurnya kepada Tuhan setelah menyelamatkan dia dari ambruknya sebuah bangunan.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Ada pula peserta perempuan. Dia adalah Mary Jane Mamangon. Penjual kue beras berusia 34 tahun itu sudah 14 kali ikut sebagai peserta penyaliban. Mamangon dulu bersedia disalib karena ingin meminta perhatian Tuhan agar neneknya sembuh dari sakit. "Saya mau melakukan ini karena hasilnya manjur. Saya melihat nenek saya sembuh dari sakitnya," kata Mamangon.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Kali ini, Mamangon kembali disalib dalam rangka meminta urapan Tuhan agar menyembuhkan adiknya dari penyakit kanker. Perempuan itu yakin bahwa Tuhan pun menjaga dia dan keluarga.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Maria Wendelyn Pedrosa, 19, perempuan lainnya yang ikut prosesi penyaliban ini
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Namun tradisi itu tidak mendapat restu dari pimpinan gereja di Filipina. Konfrensi Wali Gereja Katolik Filipina menilai bahwa ungkapan sejati para umat dalam memperingati masa Pra-Paskah adalah melakukan penyesalan dan pertobatan serta bertekad tidak lagi mengulang dosa lama, bukan dengan cara menyiksa diri melalui penyaliban.
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Uskup Rolando Tirona menilai bahwa ritual itu hanyalah bentuk ekspresi kepercayaan yang semu dan biasanya dilakukan dengan motif mendapatkan uang atau untuk meningkatkan pendapatan pariwisata. Itu merupakan motif yang tidak dapat dibenarkan
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
Spoiler for Penyaliban Massal:
No comments:
Post a Comment