Barcelona dikenal sebagai tim sepak bola terkuat di dunia ini. Mereka
selalu tampil superior. Menyerang dan menekan serta menguasai
pertandingan dengan cirri khas umpan-umpan pendek, mereka adalah master
di sepakbola. Prestasi sudah tak diragukan lagi, di bawah komando Jose
Pep Guardiola, sang arsitek, Azulgrana pernah meraih enam gelar dalam
waktu satu musim saja, sempurna.
Banyak
orang yang berpikir tidak ada yang bisa mengalahkan mereka saat ini,
tentu saja ada, hujan tak akan selamanya turun. Terbukti dengan
terdapatnya pemain-pemain terbaik dunia di dalam skuad Barca, terutama
Messi, Barcelona masih bisa dikalahkan. Tentu saja dengan taktik yang
tak kalah jitu dengan tiki-taka ala Barcelona. Berikut
adalah dua taktik yang dikenakan oleh pelatih-pelatih yang pernah
menandingi atau bahkan mengalahkan keperkasaan Barca:
· -Jose Mourinho (Inter, 2010)
The Special One,
tidak perlu dijelaskan siapa pria ini. Pria berkebangsaan Portugal
pernah meluluhlantahkan permainan tiki-taka ala Barcelona pada
pertandingan leg-1 semifinal Liga Champion tahun 2010. Pada pertandingan
yang dilaksanakan di Guessepe Meazza itu, Barca bertekuk lutut pada
inter tentu saja karena taktik yang diterapkan sang pelatih. Taktiknya
terdengar sederhana namun rumit, yaitu selalu berada dekat, dalam artian
menjaga pemain, pada jarak maksimal dua meter. Memang pada waktu itu
taktik berjalan tidak terlalu sempurna, terlihat dari Inter yang
tertinggal satu gol terlebih dahulu lewat Messi, tapi diakhir
pertandingan, Interisti bertepuk tangan sekencang-kencangnya tanda tim
kesayangannya memenangkan pertandingan.
Para
pemain di wajibkan untuk tidak melepaskan satu pemain pun untuk bisa
memainkan taktik ini. Xavi dan Iniesta terbukti terkurung dalam tekanan,
berbanding terbalik dengan apa yang biasa mereka lakukan. Mereka
terlihat mati kutu, tidak bisa melepaskan umpan-umpan yang membuat
rekannya merangsek langsung ke daerah pertahanan. Umpan-umpan mererka
terpotong dengan sempurna oleh para pemain Interr yang mengunci setiap
celah di setiap posisi. Hal ini tentu membuat pemain Barca frustasi.
Apalagi Messi, tanpa ada umpan yang memanjakan, sulit untuk mencetak gol
ke gawang Julio Cesar. Golnya ke gawang Inter pada waktu itu pun bisa
dibilang hanya karena kelengahan pertahanan di awal pertandingan. 3-1
hasil akhir, dengan hasil ini, Inter melaju ke final dan menjadi juara
Liga Champion setelah hanya kalah satu gol pada leg-2 di Camp Nou.
· -Unai Emery (Valencia, 2011)
Pertandingan
yang masih terbilang hangat, pada sekitar 2-3 pekan kebelakang, pasukan
asuhan pelatih muda berkebangsaan spanyol ini bisa merobohkan Barca
yang tak terkalahkan pada pertandingan sebelumnya, jika kalau bukan gol
dari Fabregas di akhir pertandingan yang membuat pertandingan berakhir
imbang 2-2. Pada pertandingan itu memang seperti biasa Barcelona
memainkan penguasaan bola, tapi ada satu celah yang bisa dimanfaatkan
dengan baik oleh Valencia.
Daniel
Alves, bukan karena pemain ini tampil buruk. Tapi karena pergerakannya
yang selalu membantu penyerangan sehingga pos yang ia tinggalkan bisa di
serang oleh Mathieu dan Jordi Alba yang masing-masing berposisi sebagai
bek dan sayap kiri. Memang biasanya, bek tengah seperti Pique atau
Gelandang bertahan seperti Mascherano dan Busquets bisa mencover pos
yang ditinggalkan Alves, tapi itu semua diperlukan waktu. Karena dengan
melakukan itu, tentu saja mereka harus meninggalkan pos mereka sendiri,
lalu orang lain yang mencovernya bukan? Ya, ini semacam ‘Gali lubang
tutup lubang’. Perpindahan yang cukup memakan waktu ini terjadi dengan
baik jika mereka berada dalam pos mereka sendiri, bagaimana kalau tidak?
Tidak ada pelapis, kan? Inilah yang dimanfaatkan oleh pemain Valencia,
dua pemain seperti Mathieu dan Alba sudah ahli di bidangnya. Alba dengan
kecepatannya bisa merangsek dan meninggalkan Alves yang tertinggal
setelah overlapping. Lalu Mathieu dengan umpannya yang
akurat, bisa memberikan servis kepada rekannya. Bahkan dia membuat
assist pada Soldado untuk menuntaskannya menjadi gol. Benar-benar jitu
taktik yang diterapkan oleh Emery.