Pencarian

Wednesday, October 26, 2011

Menurutmu pemain La Masia yang terbaik? Pikirkan lagi!


LaMasia


Leonel Messi, Xavi Hernandez, Gerard Pique, dan yang terakhir si 'anak hilang' Francesc Fabregas adalah produk dari La Masia yang sudah tidak usah diragukan lagi kehebatannya. Messi merupakan pemain terbaik dunia, Xavi, dan Pique mengikuti dibawahnya. Fabregas, pemain yang baru kemarin pulang dari 'perantauannya' juga bukan pemain sembarangan, dia mantan kapten  Arsenal sebelum ia pulang ke Barcelona. Kemampuan mereka berada diatas rata-rata pada bidangnya masing-masing.

Baru-baru ini banyak pemain-pemain dari akademi La Masia yang angkat koper menuju klub lain karena cenderung selalu menempati bangku cadangan karena belum bisa bersaing dengan para bintang La Masia ataupun pemain yang lainnya. Sebut saja Bojan Krkic ke Roma, Jeffren Suarez Ke Sporting Lisbon, dan Oriol Romeu yang pergi ke Chelsea. Bojan yang sempat diproyeksikan menjadi striker muda yang akan menggantikan posisi Raul Gonzalez di timnas spanyol bukan pemain yang bisa dikecilkan terkait dengan fisiknya yang mungil untuk ukuran pemain eropa, terbukti dengan raihan prestasinya menadi pencetak gol termuda di Liga Spanyol dengan 17 tahun, sebelum dipecahkan oleh Iker Muniain, 16 tahun,, pada musim kemarin. Lalu Jeffren Suarez, pemain sayap yang berada dalam bayang-bayang Messi dan Pedro Rodriguez yang mengisi starting eleven di tim juga bukan pemain yang biasa-biasa saja, begitu juga dengan Oriol Romeu.

Lalu apakah bisa menyebut produk La Masia yang terbaik? Belum tentu. Dengan banyaknya bukti yang terdemonstrasikan dengan prestasi, memang pernyataan Produk La Masia adalah yang terbaik itu benar, setidaknya pada diri Barcelona itu sendiri. Lalu bagaimana dengan akademi Ajax, Milan dan bahkan Persipura sekalipun? Apakah akademi mereka tidak menjamin pemain hebat? Sebelum era Barcelona lima tahun terakhir, Ajax merupakan pijakan pertama dari pemain-pemain hebat di dunia. Dennis Berkamp, Edgar Davids, Zlatan Ibrahimovic, dan yang terbaru pemain muda Denmark yang diminati klub besar eropa, Christian Eriksen. Mereka semua mengawali karir mereka di akademi Ajax, dan mereka juga pemain hebat, bukan? Begitu juga dengan AC Milan dengan Paolo Maldini dan sekarang Andrea Paloschi. Bagaimana dengan Persipura? Jangan anggap remeh, banyak pemain hebat indonesia berasal dari ranah Papua. Ellie Aiboy, Boaz Salossa, dan yang terbaru Okto Maniani.Meskipun mereka hanya berprestasi dalam negeri, apakah itu merupakan sebuah kejelekan?

Kunci dari setiap kesuksesan adalah kesabaran. Pengorbanan yang lebih besar akan menghadirkan hasil yang lebih besar juga. Sama dengan akademi sepakbola, untuk menghasilkan buah yang berkualitas diperlukan metode berkebun yang baik. La Masia tidak begitu saja berdiri dalam 3-5 tahun, mereka berdiri dari mulai titik nol, sama dengann yang lainnya. Kerja keras dan kesabaran dengan hasil yang bisa dibanggakan adalah buahnya. Lihat saja Messi, dia tidaklah lebih dari seorang pesepakbola jalanan sebelum dia ditemukan tim pencari bakat dan dimasukan kedalam akademi dan di asah skillnya. La Masia
yang sudah terprogram dan memilik sistem pembinaan yang lebih terorganisir dari akademi-akademi yang lainya terbukti unggul dalam menemukan pemain-pemain dengan prospek bagus. Dan apakah semua itu bisa didapat dengan cara instan? Menemukan seorang Messi lain memerlukan kesabaran yang cukup memakan wajtu lama, selain harus unggul dalam segi koneksi, juga faktor finansial merupakan faktor yang tak kalah penting. Investasi kepada juru pencari bakat benar-benar dimaksimalkan oleh Barcelona. Bukan Chelsea yang lebih mempercayai pemain dengan status bintang berharga mahal dan membuang pemain binaannya dengan cara dipinjamkan, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir dibawah komando Roman Abramovich.
Sama saja dengan Real Madrid, padahal pemain binaannya bersinar justru setelah keluar dari Valdebebas, akademi Madrid. Juan Mata, David Silva, Roberto Soldado merupakn sedikit contoh.

Bertahun-tahun penantian Barcelona berbuah manis, tidak ada gelar yang belum pernah mereka raih dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Soal juru taktik, Frank Rijkard yang berandil besar dalam pembentukan dasar pola permainan Barcelona yang mengakar hingga sekarang ini, tapi jangan lupakan Pep Guardiola sebagai otaknya. Dengan segudang pemain muda berbakat yang menunggu promosi saja untuk masuk tim utama, Barca sudah tidak perlu membeli pemain bagus lagi untuk memperkuat timnya. Fabregas yang memang berasal dari La Masia dibawa pulang ke Catalan bukan dengan sedikit biaya, diproyeksikan sebagai pelapis Xavi dan Iniesta, Fabregas malah melewati keduanya. Padahal Barca punya Thiago Alcantara yang sudah matang, terbukti dalam pertandingan pra musim kemarin, performanya juga sangat berkelas. Lalu David Villa yang sudah 2 tahun, dan si anak baru Alexis Sanchez, mungkin mereka hanya sebuah 'pemanis' di tim. Berbeda dengan Villa dan Fabregas yang sering bermain bersamaan di Timnas Spanyol, Alexis Sanchez baru bersinna pasca Piala Dunia 2010 dan Piala Amerika kemarin, dan itu semua sudah cukup untuk membuktikan kemampuan yang tentu saja membuat Pep berdecak kagum dan memboyongnya ke Nou Camp.


Jadi tidaklah benar jika mengatakan Bojan Krikic yang pindah ke Roma untuk tempat utama pasti lebih baik dari Pablo Osvaldo yang merupakan didikan akademi Bologna, sebuah klub kecil jika dibandingkan Barca. Buktinya raihan gol Osvaldo lebih banyak dari Bojan sampai pekan ini. Kita lihat saja apakah Osvaldo atau bojan yang akan lebih bersinar

Bisa disimpulkan La Masia bukanlah jaminan bagi tim untuk mencari pemain bagus, pemain seperti Messi sekalipun jika dia keluar dari barca lima tahun lalu dan tidak diasah, apa mungkin dia bisa menjadi seperti sekarang, masih berupa kemungkinan dan itu bukan jaminan.Sekali lagi sistem pembinaan akademi La Masia-lah yang membedakannya dengan akademi-akademi yang lain.

No comments:

Post a Comment