LaMasia
Leonel Messi, Xavi Hernandez, Gerard
Pique, dan yang terakhir si 'anak hilang' Francesc Fabregas adalah
produk dari La Masia yang sudah tidak usah diragukan lagi kehebatannya.
Messi merupakan pemain terbaik dunia, Xavi, dan Pique mengikuti
dibawahnya. Fabregas, pemain yang baru kemarin pulang dari
'perantauannya' juga bukan pemain sembarangan, dia mantan kapten
Arsenal sebelum ia pulang ke Barcelona. Kemampuan mereka berada diatas
rata-rata pada bidangnya masing-masing.
Baru-baru ini banyak
pemain-pemain dari akademi La Masia yang angkat koper menuju klub lain
karena cenderung selalu menempati bangku cadangan karena belum bisa
bersaing dengan para bintang La Masia ataupun pemain yang lainnya.
Sebut saja Bojan Krkic ke Roma, Jeffren Suarez Ke Sporting Lisbon, dan
Oriol Romeu yang pergi ke Chelsea. Bojan yang sempat diproyeksikan
menjadi striker muda yang akan menggantikan posisi Raul Gonzalez di
timnas spanyol bukan pemain yang bisa dikecilkan terkait dengan fisiknya
yang mungil untuk ukuran pemain eropa, terbukti dengan raihan
prestasinya menadi pencetak gol termuda di Liga Spanyol dengan 17 tahun,
sebelum dipecahkan oleh Iker Muniain, 16 tahun,, pada musim kemarin.
Lalu Jeffren Suarez, pemain sayap yang berada dalam bayang-bayang Messi
dan Pedro Rodriguez yang mengisi starting eleven di tim juga bukan
pemain yang biasa-biasa saja, begitu juga dengan Oriol Romeu.
Lalu apakah bisa menyebut produk
La Masia yang terbaik? Belum tentu. Dengan banyaknya bukti yang
terdemonstrasikan dengan prestasi, memang pernyataan Produk La Masia
adalah yang terbaik itu benar, setidaknya pada diri Barcelona itu
sendiri. Lalu bagaimana dengan akademi Ajax, Milan dan bahkan Persipura
sekalipun? Apakah akademi mereka tidak menjamin pemain hebat? Sebelum
era Barcelona lima tahun terakhir, Ajax merupakan pijakan pertama dari
pemain-pemain hebat di dunia. Dennis Berkamp, Edgar Davids, Zlatan
Ibrahimovic, dan yang terbaru pemain muda Denmark yang diminati klub
besar eropa, Christian Eriksen. Mereka semua mengawali karir mereka di
akademi Ajax, dan mereka juga pemain hebat, bukan? Begitu juga dengan AC
Milan dengan Paolo Maldini dan sekarang Andrea Paloschi. Bagaimana
dengan Persipura? Jangan anggap remeh, banyak pemain hebat indonesia
berasal dari ranah Papua. Ellie Aiboy, Boaz Salossa, dan yang terbaru
Okto Maniani.Meskipun mereka hanya berprestasi dalam negeri, apakah itu
merupakan sebuah kejelekan?
Kunci dari setiap kesuksesan
adalah kesabaran. Pengorbanan yang lebih besar akan menghadirkan hasil
yang lebih besar juga. Sama dengan akademi sepakbola, untuk menghasilkan
buah yang berkualitas diperlukan metode berkebun yang baik. La Masia
tidak begitu saja berdiri dalam 3-5 tahun, mereka berdiri dari mulai
titik nol, sama dengann yang lainnya. Kerja keras dan kesabaran dengan
hasil yang bisa dibanggakan adalah buahnya. Lihat saja Messi, dia
tidaklah lebih dari seorang pesepakbola jalanan sebelum dia ditemukan
tim pencari bakat dan dimasukan kedalam akademi dan di asah skillnya. La
Masia
yang sudah terprogram dan
memilik sistem pembinaan yang lebih terorganisir dari akademi-akademi
yang lainya terbukti unggul dalam menemukan pemain-pemain dengan prospek
bagus. Dan apakah semua itu bisa didapat dengan cara instan? Menemukan
seorang Messi lain memerlukan kesabaran yang cukup memakan wajtu lama,
selain harus unggul dalam segi koneksi, juga faktor finansial merupakan
faktor yang tak kalah penting. Investasi kepada juru pencari bakat
benar-benar dimaksimalkan oleh Barcelona. Bukan Chelsea yang lebih
mempercayai pemain dengan status bintang berharga mahal dan membuang
pemain binaannya dengan cara dipinjamkan, setidaknya dalam sepuluh tahun
terakhir dibawah komando Roman Abramovich.
Sama
saja dengan Real Madrid, padahal pemain binaannya bersinar justru
setelah keluar dari Valdebebas, akademi Madrid. Juan Mata, David Silva,
Roberto Soldado merupakn sedikit contoh.
Bertahun-tahun penantian
Barcelona berbuah manis, tidak ada gelar yang belum pernah mereka raih
dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Soal juru taktik, Frank Rijkard
yang berandil besar dalam pembentukan dasar pola permainan Barcelona
yang mengakar hingga sekarang ini, tapi jangan lupakan Pep Guardiola
sebagai otaknya. Dengan segudang pemain muda berbakat yang menunggu
promosi saja untuk masuk tim utama, Barca sudah tidak perlu membeli
pemain bagus lagi untuk memperkuat timnya. Fabregas yang memang berasal
dari La Masia dibawa pulang ke Catalan bukan dengan sedikit biaya,
diproyeksikan sebagai pelapis Xavi dan Iniesta, Fabregas malah melewati
keduanya. Padahal Barca punya Thiago Alcantara yang sudah matang,
terbukti dalam pertandingan pra musim kemarin, performanya juga sangat
berkelas. Lalu David Villa yang sudah 2 tahun, dan si anak baru Alexis
Sanchez, mungkin mereka hanya sebuah 'pemanis' di tim. Berbeda dengan
Villa dan Fabregas yang sering bermain bersamaan di Timnas Spanyol,
Alexis Sanchez baru bersinna pasca Piala Dunia 2010 dan Piala Amerika
kemarin, dan itu semua sudah cukup untuk membuktikan kemampuan yang
tentu saja membuat Pep berdecak kagum dan memboyongnya ke Nou Camp.
Jadi tidaklah benar jika
mengatakan Bojan Krikic yang pindah ke Roma untuk tempat utama pasti
lebih baik dari Pablo Osvaldo yang merupakan didikan akademi Bologna,
sebuah klub kecil jika dibandingkan Barca. Buktinya raihan gol Osvaldo
lebih banyak dari Bojan sampai pekan ini. Kita lihat saja apakah Osvaldo
atau bojan yang akan lebih bersinar
Bisa disimpulkan La Masia
bukanlah jaminan bagi tim untuk mencari pemain bagus, pemain seperti
Messi sekalipun jika dia keluar dari barca lima tahun lalu dan tidak
diasah, apa mungkin dia bisa menjadi seperti sekarang, masih berupa
kemungkinan dan itu bukan jaminan.Sekali lagi sistem pembinaan akademi
La Masia-lah yang membedakannya dengan akademi-akademi yang lain.
No comments:
Post a Comment